Di tengah arus teknologi yang makin pesat, hanphone dan gadget menjadi pintu gerbang utama menuju berbagai informasi, termasuk konten pornografi. Tanpa disadari, anak-anak dan orang dewasa dapat terjerumus ke dalam ketagihan pornografi dan kebiasaan mengakses situs-situs pornografi, baik secara sengaja maupun tidak. Meski pemerintah sudah menerapkan pemblokiran, banyak situs dari luar negeri tetap mudah diakses. Rasa ingin tahu terhadap seksualitas yang tidak diarahkan dengan benar akhirnya membawa banyak orang, terutama anak dan remaja, ke dalam kebiasaan konsumsi pornografi secara sembunyi-sembunyi.
Kecanduan ini bukan hanya merusak pola pikir, tetapi juga membentuk perilaku negatif secara perlahan. Sebagai umat Tuhan, kita dipanggil untuk waspada dan mengambil tindakan nyata jika ada anggota keluarga yang sudah terjerat. Pendampingan pastoral dan dasar firman Tuhan menjadi elemen penting dalam pemulihan dan pencegahan. Artikel ini akan memfokuskan pada anak-anak dan remaja sebagai kelompok yang paling rentan.
Fenomena Ketagihan Pornografi
Menurut Komisi Penanggulangan AIDS (2015), Indonesia menempati urutan ketiga tertinggi dalam mengakses situs porno. Sementara survei lain menunjukkan bahwa anak usia 12–13 tahun sudah rentan ketagihan pornografi karena minimnya pengawasan saat menggunakan internet. Komisi Perlindungan Anak juga mencatat 97% remaja pernah mengakses konten pornografi. Lebih dari 60% bahkan mengaku pernah melakukan hubungan seksual.
Angka-angka ini memberi alarm keras: bahwa pornografi sudah menjadi bagian dari realitas remaja masa kini. Konsumsi yang tidak disertai pendidikan seks sehat dan komunikasi terbuka dari orangtua membuat remaja mencari jawaban di tempat yang salah.
Dampak Psikologis dan Rohani
Masa remaja adalah masa eksplorasi seksual. Namun tanpa arahan yang benar, keingintahuan ini bisa berujung pada kecanduan. Pertama, pornografi meracuni pikiran dan mengaburkan cara pandang terhadap lawan jenis. Interaksi yang sebelumnya murni jadi tercemar oleh bayangan seksual.
Kedua, sifat candunya sangat kuat: seseorang bisa merasa “dipanggil” untuk kembali mengaksesnya, walau secara moral mereka tampak baik dan religius. Proses pemulihan otak bisa memakan waktu hingga setahun.
Ketiga dan paling serius: pornografi menghalangi ruang bagi Tuhan dalam hati. Hubungan pribadi dengan Kristus menjadi renggang karena rasa bersalah dan penolakan terhadap pertobatan. Inilah sasaran utama Iblis—memutus koneksi kita dengan Sang Sumber Kehidupan.
Kata Alkitab
Alkitab tidak kompromi terhadap dosa seksual. Dalam 1 Korintus 6:9–10, orang cabul tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Bahkan, percabulan adalah dosa terhadap tubuh sendiri (1Kor. 6:18). Tetapi kabar baiknya: jika kita mengakui dosa kita, Tuhan akan mengampuni (1Yoh.1:9). Inilah undangan kasih bagi siapa pun yang ingin dilepaskan dari keterikatan pornografi.
Pendampingan: Peran Anak, Remaja, dan Orangtua
Untuk anak dan remaja:
- Bangun hubungan pribadi dengan Tuhan Yesus melalui doa dan firman setiap hari.
- Terbuka kepada orangtua, bertanya dan berdiskusi tentang hal-hal yang membingungkan.
- Untuk membantu lepas dari ketagihan pornografi: Aktif dalam pelayanan dan kegiatan rohani yang membangun.
- Disiplin dalam penggunaan gadget; sadar akan bahaya klik sembarangan.
- Belajar berkata “tidak” pada hal yang meragukan, jangan mulai dengan prinsip “coba-coba”.
Untuk orangtua:
- Bangun mezbah keluarga: jadikan rumah sebagai tempat teraman dan ternyaman untuk bertumbuh dalam Kristus.
- Berikan kebebasan yang bertanggung jawab. Ingat, anak-anak sedang menuju fase kedewasaan, bukan dewasa sepenuhnya.
- Jadilah pengawas aktif penggunaan gadget. Tahu isi dan jejak digital anak bukanlah bentuk mencurigai, melainkan bentuk kasih dan perlindungan.
- Saat menemukan hal negatif, tanggapi dengan pendekatan penuh kasih yang mendidik, bukan menghukum.
Pornografi bukan sekadar hiburan “dewasa”, tetapi senjata mematikan bagi pertumbuhan rohani dan karakter anak-anak Tuhan. Ini adalah silent killer yang merusak dalam diam. Oleh karena itu, gereja, keluarga, dan komunitas Kristen harus bersinergi dalam membangun generasi yang tahan terhadap jebakan ini. Ingatlah, seperti yang tertulis dalam 1 Korintus 15:33, “Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Mari menjaga kekudusan hidup di hadapan Tuhan, dan menolong sesama untuk pulih dalam terang kasih-Nya.
Diambil dari artikel Buletin Tabernakel GKI Camar (ed. 2017) dengan judul yang sama “Pendampingan Terhadap Orang yang Ketagihan Pornografi” oleh Pdt. Charliedus R. Saragih
Leave a Reply