Keseimbangan Pelayanan dan Keluarga: Sukses di Gereja, Tapi…

Keseimbangan Pelayanan dan Keluarga: Sukses di Gereja, Tapi…

Keseimbangan Pelayanan dan Keluarga: Sukses di Gereja, Tapi… 1200 628 Pdt. Dr. Charliedus R. Saragih, M.M.

Pelayanan di gereja adalah panggilan yang mulia, namun sering kali tantangannya terletak pada keseimbangan pelayanan dan keluarga. Banyak orang Kristen aktif dalam berbagai kegiatan gerejawi, tetapi tanpa disadari, kehidupan keluarganya justru melemah. Artikel ini mengajak kita untuk menilai kembali bagaimana seharusnya keluarga dan pelayanan berjalan seiring dalam kehendak Kristus.

Sukses di Gereja, Hancur di Keluarga..

Tuhan Yesus memanggil setiap anggota keluarga untuk dapat memiliki persekutuan, pelayanan, dan kesaksiannya di tengah Gereja. Karena itu, Gereja memediasi itu semua dengan pelayanan kategorial: kategori anak, remaja, pemuda, dewasa, usia lanjut; ditambah di dalam pelayanan yang lebih luas seperti lingkup Majelis Jemaat, Wilayah, Panitia, dan Badan Pelayanan lainnya.

Semuanya disediakan supaya setiap kategori usia dapat mewujudnyatakan panggilan imannya melalui wadah pelayanan tersebut. Memang tidak dapat dipungkiri juga, bahwa ada orang yang bisa melayani lebih dari satu wadah pelayanan, misalnya sebagai pengurus komisi Pemuda dan sebagai Guru Sekolah Minggu, bahkan ditambah ketika dilibatkan di dalam kepanitiaan.

Apakah salah ketika melayani di berbagai wadah pelayanan? Jangan terburu-buru menjawab salah atau benar. Mari kita pahami bersama hakikat pelayanan, panggilan keluarga Kristen, dan manajemen pemberian diri, supaya kita dapat menegur diri kita. Mungkin ada sesuatu yang perlu diperbaiki agar panggilan kita di tengah keluarga dan Gereja memiliki pengaruh yang baik dan menghasilkan pertumbuhan iman yang benar.

Ingatlah, bahwa awal mula pendidikan seorang manusia adalah di keluarga.

Hakikat Pelayanan Gereja dan Tubuh Kristus

Di dalam memahami hakikat pelayanan Gereja, kita mendasarinya pada pengajaran tentang Tubuh Kristus dan panggilan umat-Nya (1Kor. 12:12–31). Paulus menekankan bahwa “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya”, dan Kepala Tubuh itu adalah Kristus sendiri.

Artinya, Gereja tidak bisa lepas dari Sang Kepala Gereja, yaitu Kristus. Setiap perilaku, motivasi, dan karya Gereja bersumber dari satu sumber yang sama, yaitu Kristus. Hal itu mengajarkan kepada kita bahwa setiap orang yang ada di dalam Gereja harus mampu menjaga keharmonisan, bukan menciptakan perpecahan (ay.25).

Bagaimana Gereja dapat terpelihara dengan harmonis? Rasul Paulus menasihati jemaat di Efesus dan Kolose:

Untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus.” (Ef. 4:2)

Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.” (Ef. 5:29–30)

Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh.” (Kol. 3:15)

Pelayanan Gereja bertujuan memperlengkapi jemaat dan membangun tubuh Kristus dengan hati yang dipenuhi damai sejahtera. Namun, masih banyak umat Tuhan datang dengan motivasi lain—mencari popularitas, menonjolkan diri, atau mengabaikan kehendak Kristus.

Pelayanan sejati adalah bentuk pengasuhan dan perawatan terhadap Gereja agar damai sejahtera Kristus tetap terpelihara. Karena itu, para pelayan Gerejawi perlu diingatkan bahwa yang ditekankan adalah fungsi pelayanan, bukan jabatan. Terlalu sering jabatan diagungkan sementara fungsinya diabaikan, hingga muncul perilaku sewenang-wenang terhadap pelayanan itu sendiri.

Kepemimpinan Kristus dan Kesadaran Umat

Kristus memanggil beberapa orang untuk menjalankan fungsi pelayanan melalui jabatan yang dipercayakan. Bila Tuhan Yesus adalah Kepala Gereja, maka sudah seharusnya orang percaya tunduk dan patuh kepada kekuasaan Kristus.

Kepemimpinan Yesus bersifat teokrasi – berpusat kepada Allah – sehingga kesatuan dan persekutuan harus dilandaskan pada kasih Allah. Gereja yang bertumbuh ditentukan oleh kualitas kepemimpinan dan kesadaran penuh umat percaya. Pertumbuhan itu dimulai dari pertobatan jemaat sebagai Tubuh Kristus dan kehidupan yang tersusun rapi dalam kasih dan ketaatan.

Menemukan Keseimbangan antara Pelayanan dan Keluarga

Dalam sebuah artikel disebutkan bahwa banyak manajer di Amerika rela kehilangan jabatan penting dan bonus demi meluangkan waktu lebih bagi anak-anak mereka. Mereka berusaha pulang sebelum pukul lima sore. Beberapa kelompok orang tua mulai menyadari pentingnya menyediakan waktu bagi keluarga.

Lalu, bagaimana dengan kita? Untuk mencapai keseimbangan yang baik antara keluarga, karier, dan pelayanan, kita harus mampu membagi waktu dengan bijak. Dengan demikian, kita akan mampu memenuhi harapan-harapan yang kita impikan.

Perspektif Alkitab tentang Keluarga

a. Keluarga rohani lebih utama daripada keluarga jasmani.
Yesus berkata, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan melakukannya.” (Luk. 8:19–21)

b. Tuhan di atas segalanya, termasuk keluarga jasmani.
“Yesus berkata kepadanya, ‘Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.” (Mat. 8:21–22)

c. Tanggung jawab jasmani terhadap keluarga tetap wajib.
“Yesus berkata kepada ibu-Nya, ‘Ibu, inilah anakmu!’ … ‘Inilah ibumu!’ Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” (Yoh. 19:26–27)

d. Keluarga sebagai dasar kepemimpinan rohani.
“Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus jemaat Allah?” (1Tim. 3:5)
“Diaken haruslah suami dari satu istri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik.” (1Tim. 3:12)

Keluarga adalah bagian penting dalam meresponi panggilan Kristus untuk melayani. Keluarga menjadi dasar kokoh agar pelayanan berdampak luas bagi Gereja dan masyarakat. Pendidikan iman dan tanggung jawab pertama seseorang selalu dimulai di tengah keluarga.

Keluarga menjadi awal seseorang memahami tentang pelayanan

Manajemen Pemberian Diri

Marilah kita dasari bahwa pelayanan di Gereja adalah persembahan syukur dari keluarga. Itu artinya, dukungan dari keluarga sangat penting dimiliki oleh seorang pelayan.

Seorang anak remaja yang menjadi pengurus komisi remaja harus mendapatkan dukungan dari orangtua dan kakak-adiknya. Dukungan itu berupa kepercayaan waktu, karena waktu bersama keluarga akan berkurang.

Hal serupa juga harus diperlihatkan oleh pelayan tersebut dalam kewajibannya sebagai pelajar—bahwa nilainya tidak akan menurun. Seorang ayah yang menjadi penatua harus mendapatkan dukungan penuh dari istri dan anak-anaknya. Dukungan itu dapat berupa sukacita yang tetap ada ketika sang suami atau ayah melakukan tugas-tugas pelayanan.

Hampir serupa bahwa ada waktu bersama keluarga yang berkurang. Hal yang tidak kalah penting, sang ayah atau suami menjadi teladan di keluarga, terlebih lagi karena identitas sebagai penatua diembannya.

Kondisi untuk Bisa Melayani

  • Ada suasana rohani di rumah (keluarga).
  • Ada kesehatian tentang pentingnya pelayanan yang sedang dipertimbangkan atau dilakukan.
  • Ada dukungan dari pasangan dan anak-anak.
  • Waktu dan energi yang terambil dari keluarga terkompensasikan dengan efektif sehingga tidak menimbulkan dampak negatif.
  • Jika terjadi ketidakseimbangan (gangguan), keterlibatan dalam pelayanan perlu dievaluasi ulang.

Ketika Pelayanan & Keluarga Menjadi Tidak Seimbang: Gereja Menjadi Tempat Pelarian

Bayangkan saja, seorang ayah sangat betah melayani di Gereja setiap hari, namun ternyata ia tidak betah ketika bersama keluarganya.

Sebuah pengalaman datang dari seorang rekan yang menceritakan anak seorang pelayan Gereja. Ketika saya tanya bagaimana responnya terhadap kesibukan sang ayah, anak itu menjawab:

“Ayahku memang hebat di mata orang ketika melayani di Gereja, namun sangat menyedihkan ketika ia di rumah. Tidak ada satu pun hal baik yang aku lihat, yang ada hanya marah, memerintah, dan tidak ada waktu untuk memeluk kami anak-anaknya.

Aku hanya selalu mendengar mama terus berdoa setiap hari dengan ucapan yang sama: ‘Tuhan, sekiranya Tuhan berkenan, kembalikanlah suamiku menjadi suami dan ayah dari anak-anakku.’ Sebagai anak, aku tidak melihat bahwa ia pelayan Tuhan; bagiku, pelayanan hanyalah tempat pelariannya dari keluargaku.”

Ungkapan itu menyentak hati.

Ketika waktu, perhatian, dan kasih kepada keluarga sirna, keteladanan menjadi omong kosong belaka. Sadarlah, bahwa Tuhan tidak pernah menghendaki keluarga hancur demi pelayanan di Gereja-Nya. Yang kurang sering kali bukan niat, melainkan hikmat dalam manajemen diri: mengatur waktu, perhatian, dan pemberian diri di tengah keluarga dan Gereja.

Tuhan menghendaki kesuksesan pelayanan yang bertumbuh dari keluarga, karena keberhasilan pelayanan di rumah akan mengalir ke pelayanan di Gereja.

Refleksi: Keluarga Sebagai Gereja Mini – Keseimbangan Pelayanan dan Keluarga

Keluarga adalah “Gereja mini” bagi setiap anggotanya. Itu berarti keluarga merupakan dasar dari setiap bentuk pelayanan yang lebih luas di Gereja.

Apakah seseorang dapat dikatakan berhasil dalam pelayanan di Gereja, jika ia gagal melayani keluarganya?

Hal ini menyentuh hati kita – ketika kita berhasil melayani keluarga, Tuhan akan menuntun keberhasilan pelayanan kita di Gereja. Jangan mengulangi kegagalan imam Eli atau nabi Samuel dalam Perjanjian Lama, yang karena kesibukan pelayanan mereka lalai mendidik anak-anaknya.

Video Renungan Singkat: Cara Menjadi Keluarga Kristen yang Bertumbuh

Keluarga pelayan merupakan dasar penopang pelayanan Gereja.
Yang dibutuhkan adalah totalitas: ketika di rumah, berikan totalitas pelayanan kepada keluarga; ketika di Gereja, berikan totalitas pelayanan kepada Kristus dan sesama.

Mari kita mulai dari rumah, melayani dengan setia di tengah keluarga dan biarlah Tuhan Yesus menuntun pelayanan kita ke dalam Gereja-Nya.

Tuhan Yesus memberkati.

 

Diambil dari Buletin Tabernakel GKI Camar – Keseimbangan Pelayanan dan Keluarga – dengan judul “Sukses di Gereja, Hancur di Keluarga” oleh penulis yang sama

Share
Tentang Penulis

Pdt. Dr. Charliedus R. Saragih, M.M.

Pdt. Charliedus R. Saragih: pendeta jemaat GKI Camar yang setia melayani dengan hati yang penuh kasih dan kerendahan. Dalam pelayanannya berkomitmen membimbing jemaat untuk bertumbuh dalam iman, menghidupi kasih Kristus, dan menjadi sahabat Allah bagi sesama.

Leave a Reply

Back to top