Teologi Pengangkatan (Rapture Iheology) dengan Kedatangan Yesus kedua kali – Pandangan GKI tentang Eskatologi. Diambil dari buletin Tabernakel GKI Camar Juli 2016
Istilah Eskatologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “eschatos” dan “logos”, yang berarti ajaran mengenai hal-hal akhir. Biasanya, pada zaman sulit, maka keinginan mendengarkan ajaran mengenai akhir zaman meningkat. Seharusnya sebagai umat Kristen, keinginan untuk mendengarkan ajaran mengenai akhir zaman tidak muncul pada masa sulit saja, tetapi setiap saat. Itulah sebabnya, tidak perlu menunggu masa sulit, maka penulis membahas pandangan GKI mengenai Eskatologi atau ajaran mengenai akhir zaman.
Eskatologi umumnya menunjuk pada hal-hal yang masih akan terjadi, baik dalam hubungan dengan setiap pribadi maupun dalam hubungan dengan dunia ini. Dalam Eskatologi yang membahas hubungan dengan setiap pribadi menyangkut tema-tema kematian fisik, hidup kekal, dan tempat antara kematian dan kebangkitan. Dalam hubungannya dengan dunia, Eskatologi, membahas kedatangan Yesus kedua kali, kebangkitan orang mati, penghakiman terakhir dan tempat terakhir.
Perlu diingat dalam mempelajari Eskatologi, kita harus menyadari bahwa tidak semua hal mengenai Eskatologi diungkap dengan jelas dalam Alkitab, karenanya kita harus mengetahui apa yang diberitakan Alkitab dan mana yan merupakan dugaan atau spekulasi manusia.
Eskatologi dalam Perjanjian Lama
Banyak orang mengira bahwa Eskatologi hanya terdapat dalam Perjanjian Baru. Hal ini tidaklah tepat sebab dalam Perjanjian Lama pun terdapat ajaran Eskatologi. Ajaran Eskatologi Perjanjian Lama meliputi :
- Datangnya pembebas/penebus (Kej 3:15; 22:18; 2 Sam 7:12-13 ; Dan 7:13-14)
- Kerajaan Allah (Dan 2:44-45); PL lebih sering berbicara mengenai pemerintahan Allah atau Allah
sebagai Raja (Ul 33:5; Mzm 84:3 ; Yer 46:18) - Perjanjian Baru (Yer 31:31-34)
- Pemulihan Israel (Yeh 36:24-28 ; Yes 24-27)
- Pencurahan Roh Kudus (Yoel 2:30-31)
- Hari Tuhan (Yoel, Yes 13:9-11; Amos 5:18; Zef 1:14-15; Mal 4:2,5)
- Langit baru dan bumi baru (Yes 65:17 ; 32:15 ; 11:9 ; dsb)
Eskatologi dalam Perjanjian Baru
Dalam PB ada beberapa kejadian Eskatologis yang besar yang dinubuatkan para nabi PL yang telah terjadi. Tetapi ada juga pemenuhan sejarah yang secara final masih akan datang. Ini nampak dalam hal-hal seperti kedatangan Yesus (Mat 1:20-23 dengan Yes 7 : 14; Mat 2:5-6 dengan Mikha 5:2; Mat 2 : 14-15 dengan Hos 11:1; dsb). Dengan kedatangan Yesus, maka kedatangan Kerajaan Allah sudah dekat (Mat 3:2 ; Mrk 1:15). Kedatangan Yesus berarti bahwa janji kedatangan Kerajaan Allah telah diwujudkan walaupun kepenuhan kerajaan itu masih pada masa mendatang. Para penulis PB sadar bahwa mereka hidup pada masa-masa akhir. Maka Eskatologi telah dimulai tapi belum berakhir.
Masa mesianis, terjadi dua tahapan yaitu “saat ini” dan masa “yang akan datang”, (Luk 20:35 ; 18:30; Mat 12:32). “Hari-hari terakhir” menunjuk pada masa kita sekarang, sedangkan “hari terakhir” menunjuk pada hari penghakiman atau kebangkitan (Yoh6:39). Hubungan antara dua tahap Eskatologi ini adalah bahwa berkat-berkat pada masa kini merupakan materai dan jaminan dari berkat-berkat yang lebih besar pada masa mendatang (Titus 2:11-13).
Karakteristik Eskatologi PB adalah adanya ketegangan antara “yang sudah” dan “yang belum”, antara apa yang sudah dinikmati oleh orang percaya dengan apa yang belum dimilikinya.
Teologi pengangkatan (Rapture Theology)
Salah satu ajaran Eskatologi yang terkenal adalah mengenai pengangkatan. Terhadap hal ini kita perlu berpikir kritis terhadapnya. Banyak yang tidak mengetahui bahwa ajaran ini termasuk ajaran baru.
Para Bapa Gereja mula-mula, para reformator dan para pelopor kebangunan rohani seperti John Wesley, Jonathan Edwards dan Charles Finney tidak pernah mengajarkan tentang pengangkatan orang percaya. John Darby-lah yang mulai mengajarkannya pada tahun 1827. Ajaran ini meluas karena dikutip dalam Scofield Reference Bible (Alkitab yang disertai penjelasan/tafsiran singkat). Banyak gereja menggunakan Alkitab ini untuk renungan atau pembinaan jemaat.
Tahun 1970-an, penulis lain, Hal Lindsey, menarik perhatian dengan bukunya Late, Great Planet Earth yang bertema senada. Popularitas ajaran ini bertambah karena Dallas Theological Seminary, seminari Injili terkemuka di Amerika juga mengakuinya. Ajaran ini sangat popular di belahan Amerika Utara.
Dampak paling destruktif dari pemahaman bahwa dunia yang diciptakan Allah dengan sangat baik ini akan dihancurkan adalah munculnya teologi pengangkatan (rapture theology). Mereka yang menganut pandangan teologis ini meyakini bahwa orang-orang percaya pada saatnya akan diangkat ke surga dan mereka yang tidak percaya pada Kristus akan ditinggalkan di dunia untuk menghadapi penganiayaan. Pandangan ini semakin populer semenjak beberapa tahun silam, dengan terbitnya sebuah seri novel rohani sebanyak 16 volume, bertajuk Left Behind, yang dikarang oleh Tim LaHaye dan Jerry B. Jenkins.
Hal yang lebih menarik perhatian kita yaitu asumsi mendasar di balik gagasan tersebut, yaitu keyakinan bahwa memang keselamatan yang dialami oleh orang percaya terjadi secara konkret ketika mereka berpindah dari dunia ke surga, sementara dunia ini pada saatnya akan dihancurkan. Asumsi inilah yang membingkai seluruh kisah pengangkatan ke surga di dalam teologi ini.
Akan tetapi, menurut Joas Adiprasetya, dosen STT Jakarta dan Pendeta GKI Pondok Indah, ceritanya akan segera berubah 180 derajat ketika kita mulai dari asumsi mendasar bahwa dunia ini diciptakan dengan sangat indah dan baik dan Allah akan terus memelihara; terlepas dari dosa yang merusak seluruh tata ciptaan, Allah berkarya dengan menghadirkan penyelamatan dan bahkan pembaruan atas seluruh ciptaan.
Asumsi dasar yang sangat apresiatif terhadap dunia ini membuat kita harus mempertanyakan semua teologi yang mengajarkan kehancuran—atau bahkan, penghancuran—dunia. Sebab, teologi semacam ini membawa kita pada sebuah pertanyaan tentang kesetiaan Allah yang mengikat perjanjian dengan bumi dan tidak akan memusnahkannya pada masa Nuh (Kej. 9:8-17). Di banyak ayat di dalam teks tersebut, perjanjian Allah dinyatakan bukan hanya dengan manusia, namun juga dengan seluruh makhluk dan bahkan dengan bumi.
Apakah Allah mengingkari perjanjian-Nya sendiri? Jika demikian, bagaimana kita memahami teks-teks tertentu di dalam Alkitab yang berbicara mengenai pengangkatan, yang sepintas menyuguhi kita sebuah skenario penyelamatan melalui pengangkatan?
Leave a Reply