Tulisan dari Margareth Tamba dengan judul yang sama “Sering Jatuh, Mungkinkah Bisa Selamat?”
Ketika pandemi Covid-19 melanda dunia di tahun 2020, semua orang diperhadapkan dengan situasi yang sulit.
Manusia diperhadapkan dengan dua pilihan, yaitu keluar rumah dengan resiko terkena penyakit yang belum ditemukan obatnya atau tinggal di rumah yang berarti segala kegiatan ekonomi, sekolah, pekerjaan dan termasuk pelayanan menjadi terganggu dan terbatas.
Ini adalah dua pilihan yang rasanya sama-sama tidak enak. Ditambah lagi segala kegiatan dilakukan di rumah membuat semua orang harus lebih kreatif agar suasana di rumah tidak membosankan.
Sebagai orang tua, saya juga mengalami hal yang tidak mudah, terutama dalam mengisi waktu yang ada agar anak-anak tidak menjadi cepat bosan dan jenuh di dalam rumah.
Kemudian terlintaslah dalam pikiran saya untuk mengajarkan anak-anak saya sesuatu yang selama ini belum sempat kami sebagai orang tua ajarkan: bersepeda.
Dibutuhkan negosiasi yang panjang dan banyak penjelasan dan pertimbangan hingga anak-anak mau untuk belajar bersepeda, karena menurut mereka sudah tidak pantas bagi mereka untuk belajar naik sepeda di usia sekarang.
Pada akhirnya kami sepakat dengan syarat latihan akan dilakukan pagi-pagi buta saat belum banyak orang keluar rumah.
Awalnya saya berpikir tentu tidak sulit mengajarkan mereka skill ini disaat usia mereka sudah pra remaja karena badan mereka pasti lebih bisa mengatur keseimbangan.
Ternyata oh ternyata, ini bukan perkara yang mudah. Selain harus berjuang untuk membantu memegang sepeda dan badan mereka agar bisa seimbang, saya juga harus berjuang dengan ego mereka yang kadang sulit untuk mendengarkan instruksi dari saya, dan tidak jarang meragukan apa yang saya katakan.
Beberapa kali mereka harus mengalami jatuh, cedera, marah, mengeluh, sampai putus asa. Beberapa kali mereka ingin menyerah dan mengatakan, ”Sudahlah, saya memang dipastikan tidak bisa naik sepeda seumur hidup.”
Mendengar ini, saya merasa sedih dan hampir putus asa, sempat terlintas juga dalam pikiran saya, apa benar mereka tidak bisa mengendarai sepeda?
Sering Jatuh, Masihkah Bisa Selamat?
Berbicara soal kejatuhan, ini juga merupakan pergumulan kita sebagai orang Kristen yang masih tinggal di dunia ini.
Mengakui sudah hidup di dalam Kristus, sudah percaya kepada Tuhan Yesus, rajin datang ke gereja, aktif dalam berbagai pelayanan. tapi kenyataannya kita masih sering jatuh dalam dosa, bahkan bukan sekali atau dua kali, tetapi berulang kali.
Maka kemudian timbul keraguan, Masih mungkinkah kita tetap selamat? Apakah keselamatan yang sudah diberikan oleh Tuhan Yesus itu bisa hilang atau tidak? Allah telah memilih kita sebelum dunia ini dijadikan dan kita tahu bahwa pilihan Allah tidak mungkin gagal.
Siapa saja yang dipilih Allah sejak kekekalan, pasti akan dipanggil Allah secara efektif untuk menerima keselamatan.
Namun, apakah keselamatan di dalam Kristus yang sudah kita terima itu bisa hilang? Atau dengan kata yang lain, apakah orang yang sekali selamat itu bisa tetap selamat?
Hal ini bisa jadi merupakan kegelisahan bagi banyak orang Kristen, karena salah satu keunikan keselamatan menurut konsep kekristenan adalah KEPASTIANNYA.
Kita tidak menggunakan istilah “moga-moga selamat” atau bukan “kalau tidak ada masalah, maka akan selamat” atau “mudah-mudahan selamat”, tetapi kita pasti selamat di dalam Yesus Kristus.
Tuhan Sendirilah yang Menjaminnya
Pada kitab Yohanes, Yesus mengatakan: “Domba-dombaku mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu, BapaKu yang memberikan kepadaKu jauh lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.
Dari bagian Firman Tuhan ini kita melihat bahwa orang-orang percaya yang disimbolkan sebagai domba itu adalah orang-orang yang telah diberikan hidup yang kekal dan dikatakan tidak akan binasa selama-lamanya.
Mengapa? Karena mereka yang sudah hidup di dalam Kristus, mereka hidup di dalam genggaman tangan Kristus. Dituliskan “tidak ada seorangpun dapat merebut mereka dari tanganKu”, yaitu tangan Yesus Kristus.
Bahkan dituliskan kemudian, “tidak ada seorangpun yang merebut dari tangan BapaKu”. Jadi ada tangan Kristus, ada tangan Bapa. Ini berarti bukan satu perlindungan saja, tetapi ada dua perlindungan.
Dan kita tahu perlindungan ini bukan datang dari manusia yang lemah dan terbatas, tetapi perlindungan itu dijamin di dalam tangan Allah yang tidak mungkin ada yang bisa merebutnya. Baik kuasa jahat maupun dosa tidak sanggup merebut dan merampasnya keluar dari genggaman tangan Kristus dan genggaman tangan Bapa.
Dari bagian Injil ini saja, kita bisa melihat bahwa keselamatan kita dijamin karena Tuhan sendirilah yang menjaminnya.
Roh Kudus
Bagian lain dari firman Tuhan juga mengatakan: “Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita”.
Jadi dapat dikatakan, Bapa dan Kristus telah menggenggam kita, sehingga keselamatan itu dijamin di dalam tangan mereka, dan pada ayat ini juga dikatakan Roh Kudus memeteraikan kita dari dalam.
Jadi kita melihat betapa luar biasanya karya keselamatan yang dianugerahkan kepada kita tersebut. Kristus bukan hanya mati, menebus dosa kita, tetapi Allah juga menjamin keselamatan tersebut.
Bukan hanya jaminan dari luar tetapi juga dari dalam.
Roh Kudus terus menerus bekerja untuk kemudian memeteraikan kita menjadi miliki Allah.
Sekali kita menjadi milik Tuhan, menjadi anak Tuhan, maka selama-lamanya kita menjadi milik kepunyaan-Nya. Jaminan keselamatan itu diberikan bagi orang-orang percaya.
Keselamatan yang Tuhan berikan tidak otomatis mengubah kita
Ketika mendengarkan hal ini, mungkin sebagian dari kita berkata “Amin!”, “Puji Tuhan!”. Kata-kata seperti itu sungguh menyenangkan dan penghiburan.
Tetapi mungkin juga kita bertanya dengan jujur di dalam hati kita, “Rasanya ada yang janggal ya? Kok rasanya aneh ya, berarti bisa saja orang itu terus melakukan dosa, tetapi tetap selamat? Kok sepertinya enak ya jadi orang Kristen itu? Seseorang bisa terus menerus berbuat dosa, karena bagaimanapun keselamatannya tidak bisa hilang. Apa benar seperti itu?”
Ternyata keselamatan yang Tuhan berikan tidak otomatis mengubah kita, dari orang yang suka dosa menjadi orang yang benci dosa, atau menjadi orang yang otomatis tidak lagi berbuat dosa.
Yang Tuhan lakukan ketika menyelamatkan dan menebus hidup kita itu sebenarnya mengubah status kita. Tuhan tidak menjadikan kita robot yang tidak lagi bisa berbuat dosa.
Tetapi Dia menjadikan kita anak-anak-Nya. Ada identitas baru yang diberikan disini. Status kita yang diubah Tuhan dari sebelumnya musuh, kemudian sekarang dijadikan anak.
Sekali Anak, Tetaplah Anak
Maka pertanyaannya sekarang menjadi: Apakah anak bisa berbuat kesalahan? Apakah anak bisa menyakiti hati orangtuanya?
Tentu saja bisa. Sebagai contoh hal yang sering terjadi dalam keluarga saya adalah ketika anak saya minta tolong dibangunkan setiap pagi karena dia sulit untuk bangun sendiri.
Setelah dibangunkan ternyata anak saya tetap sulit untuk dibangunkan, bahkan sering terjadi ketika dibangunkan anak tersebut malah marah-marah karena menurutnya mengganggu dia yang masih mengantuk.
Hal ini menempatkan saya ada di posisi sulit, membangunkan dia tapi dimarahi atau tidak membangunkan tapi dia akan mengamuk juga karena terlambat berangkat sekolah.
Bagaimana respon orangtua bila anak berbuat salah? Apakah anak tersebut langsung diusir dari rumah dan mencari orangtua lain saja untuk mendidiknya?
Mungkin sebagai orangtua pernah terlontar kalimat-kalimat yang tidak tepat dan salah kepada anak yang berbuat salah, tetapi tentu di kedalaman hati, orangtua tidak pernah ada maksud untuk membuang anaknya.
Jadi anak bisa mungkin saja salah? Ya, tetapi kemudian dibuang? Tentu tidak, melainkan diberi disiplin.
Seperti contoh anak saya, akhirnya kami membuat perjanjian bahwa dia harus belajar bangun sendiri dengan kesadaran sendiri, kami membantu menyiapkan jam weker dan hanya membantu membangunkannya maksimal sebanyak dua kali.
Bila dia tetap tidak mau bangun juga, dia tidak boleh marah-marah dan harus menanggung konsekuensi untuk terlambat ke sekolah.
Walaupun hal ini tidak otomatis berhasil, bagaimanapun dia tetap anak saya yang saya kasihi. Kesalahan anak itu tidak akan mempengaruhi statusnya sebagai anak.
Disinilah kebenaran yang dimaksud, jika seseorang sudah menjadi milik Kristus, sudah hidup di dalam Tuhan, bisakah dia kembali jatuh dalam dosa? Bisa..!!
Karena, sekali lagi Tuhan tidak menjadikan kita robot, tetapi menjadikan kita manusia yang tetap memiliki kehendak bebas yang bisa dipakai untuk melawan Tuhan, maka kita bisa berdosa.
Tetapi apakah kemudian status kita dipengaruhi dari perbuatan kita? Jawabannya Tidak..!!
Status Baru, Hidup Baru
Perubahan status menuntut kita untuk perubahan kehidupan. Pengakuan bahwa manusia masih bisa jatuh bukan berarti kita menoleransi kejatuhan kita.
Kita mengakui bahwa kita ini masih rentan, kita masih bisa jatuh. Kesadaran bahwa kita lemah bukan membuat kita tidak perlu hidup benar, justru sebaliknya.
Perubahan status yang dulunya adalah musuh Allah, seteru Allah yang pantas dimurkai, kini ditebus dan diangkat jadi anak-anak Tuhan, maka perubahan status ini menuntut kita untuk berperilaku, bertindak hidup sebagaimana status tersebut.
Under New Management..
Saya teringat dahulu waktu masih bekerja di sebuah perusahaan swasta yang harus mengalami likuidasi dan mengalami akuisisi oleh perusahaan lain.
Segala aset yang dimiliki perusahaan tempat saya bekerja harus berpindah tangan, termasuk seluruh karyawan juga mengalami perubahan status.
Sebagian karyawan terpaksa harus diberhentikan dan sebagian karyawan lain, termasuk saya, harus berpindah status menjadi karyawan di tempat perusahaan yang mengakuisisi tersebut.
Perpindahan status ini tentu saja berdampak juga pada perubahan management keseluruhan. Ada beberapa peraturan perusahaan yang berbeda harus diikuti, ada tuntutan yang baru yang harus dipatuhi oleh setiap karyawan dibawah management yang baru ini.
Begitu juga dengan kita, ketika Tuhan sudah mengangkat kita menjadi anak-Nya, kita tidak lagi di bawah pengelola yang lama yaitu iblis, tetapi kita sudah under new management, yaitu di bawah pengelolaan Kristus.
Oleh sebab itu sikap hidup kita, perilaku kita, pola pikir kita dan segala sesuatu yang ada dalam diri kita haruslah mengikuti standar Kristus.
Firman Tuhan juga mengatakan, kuasa diberikan untuk menjadi anak-anak Allah, kuasa ini adalah kuasa kemenangan Tuhan Yesus yang telah bangkit dan mengalahkan dosa, maut bahkan telah mengalahkan iblis.
Kuasa kemenangan Kristus itulah yang diaktifkan melalui pekerjaan Roh Kudus di dalam hati setiap kita.
Sehingga ketika kita dituntut untuk menghidupi status kita yang baru, kita bukanlah mengandalkan kekuatan kita, namun mengandalkan kuasa kemenangan yang Tuhan Yesus telah berikan di dalam pekerjaan Roh Kudus.
Ada janji yang Tuhan berikan bahwa kemenangan kita adalah karena Tuhan yang terus menerus menyertai dan memimpin kehidupan dalam menghadapi setiap tantangan dan godaan dosa.
Allah yang Menyelamatkan, Allah yang Menjaga
Saya bersyukur anak-anak saya mau tetap mempercayai saya bahwa mereka pasti bisa mengendarai sepeda dengan tetap berjuang taat mendengarkan dan mengikuti instruksi saya, dan akhirnya jerih lelah itu membuahkan hasil.
Mereka bisa mengendarai sepeda dan mengatakan, “Terima kasih Mama untuk tetap sabar terhadap saya”.
Allah juga tidak pernah janji bahwa perjalanan kita bersama Dia akan selalu berjalan mulus, tetapi Allah berjanji untuk memelihara iman kita di dalam kekuatan-Nya.
Dia akan melakukan segala yang Dia bisa agar kita tetap didalam iman. Sekali Allah menyelamatkan seseorang, Allah juga yang akan terus mengerjakan kemauan di dalam diri orang tersebut untuk taat kepadaNya.
Jadi adalah keliru bila dikatakan, sekali selamat tetap selamat dan kita boleh berbuat segala sesuatu semau kita, termasuk berbuat dosa.
Namun yang benar adalah sekali selamat tetap selamat, tetapi Allah memastikan keselamatan kita dengan cara membuat kita mampu untuk taat kepada-Nya.
Kiranya hal ini dapat semakin menguatkan dan menghibur kita dalam perjalanan yang panjang bersama dengan Tuhan, kita yakin bahwa kita akan baik-baik saja dalam genggamanan-Nya. (Margareth Tamba)
Leave a Reply