Suatu hari, sebuah pesta besar diadakan di sebuah desa. Seluruh warga hadir, dan suasana penuh dengan kegembiraan dan tawa yang menggema di mana-mana.
Namun, suasana pesta itu tiba-tiba berubah saat terjadi sebuah insiden yang mengejutkan. Seorang pemuda, tanpa alasan yang jelas, melemparkan kotoran hewan ke arah seorang bapak setengah baya, lalu segera meninggalkan tempat pesta.
Orang-orang di sekitar bapak tersebut pun marah dan menyuruhnya untuk membalas tindakan pemuda itu. Namun, sang bapak justru menenangkan mereka dan menolak untuk membalas.
Balasan Tak Terduga
Satu bulan berlalu sejak kejadian itu. Suatu hari, bapak setengah baya itu datang ke rumah pemuda yang melemparkan kotoran kepadanya. Ketika mengetuk pintu, pemuda itu sendiri yang membukanya.
Terkejut dan takut, pemuda itu berkata,
“Maafkan saya, Pak. Saya tidak bermaksud buruk.”
Namun, bapak itu menjawab dengan tenang,
“Tidak apa-apa, anak muda. Aku tidak datang untuk membalas. Justru aku ingin berterima kasih. Kotoran hewan yang kamu lemparkan, aku jadikan pupuk. Dan inilah hasilnya—tanaman yang subur. Aku bawakan untukmu sebagai tanda terima kasih.”
Pemuda itu pun tertunduk malu dan tidak bisa berkata apa pun.
Kerendahan Hati, Bukan Balas Dendam
Sikap seperti bapak tersebut adalah sikap yang langka. Kerendahan hati bukanlah sesuatu yang mudah dimiliki, terutama ketika kita diperlakukan tidak baik oleh orang lain. Secara naluriah, ego dan emosi kita ingin membalas perlakuan buruk dengan yang serupa.
Namun hari ini, kita diajak untuk merenungkan kembali Amsal 18:12,
“Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.”
Dunia sering menggoda kita untuk menunjukkan kelebihan kita agar dihormati orang lain. Tanpa sadar, kita bisa terjebak dalam sikap tinggi hati; meremehkan orang lain karena jabatan, harta, pendidikan, atau status sosial mereka.
Padahal, orang yang rendah hati justru adalah orang yang paling layak dihormati, bukan karena apa yang mereka miliki, tetapi karena siapa mereka di hadapan Tuhan dan sesama.
Belajar dari Tuhan Yesus
Allah sendiri telah merendahkan diri-Nya melalui kehadiran Tuhan Yesus di dunia. Namun, seringkali manusia justru meninggikan diri di hadapan Tuhan dan sesama.
Mari kita belajar untuk rendah hati dalam kehidupan kita sehari-hari. Jangan menunggu dihormati untuk menjadi rendah hati. Justru kerendahan hati itulah yang mendatangkan kehormatan sejati.
Kehormatan yang mulia menanti saudara dan saya.
Amin.
Source: Youtube
Leave a Reply