Disadur dari Buletin Tabernakel GKI Camar, dengan judul “Keluarga yang Melayani Tuhan” Januari 2017 – Sejak zaman Musa, Tuhan telah menetapkan keluarga sebagai tempat utama untuk menanamkan iman. Dalam Ulangan 6:6–9, Musa menekankan agar orang tua bangsa Israel mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak mereka, bukan hanya di rumah, tapi juga di setiap momen kehidupan, saat duduk, berjalan, berbaring, bahkan bangun tidur.
Firman Tuhan bukanlah pelajaran sekali duduk, melainkan sebuah perjalanan panjang yang dibagikan melalui keseharian. Di sinilah keluarga berperan penting: menjadi ruang hidup di mana anak-anak belajar mengenal Allah bukan hanya melalui kata-kata, tetapi lewat keteladanan orang tuanya.
Keluarga: Tempat Pertama Mengenal Tuhan
Orang tua bukan hanya pengasuh fisik, tetapi juga mitra Allah dalam menyampaikan kabar keselamatan kepada generasi berikutnya. Dalam keluarga, iman tidak hanya diajarkan, tetapi iman dicontohkan, dihidupi, dan diwariskan.
Keteladanan: Kunci Pengaruh dalam Keluarga
Ulangan 6 juga mengajarkan bahwa perintah Allah harus diikat sebagai tanda di tangan, lambang di dahi, ditulis pada tiang pintu dan gerbang. Ini bukan sekadar simbol, tetapi pengingat bahwa iman harus menjadi bagian utuh dalam kehidupan keluarga.
Anak-anak lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat daripada apa yang mereka dengar. Orang tua yang hidup dalam kebenaran, kasih, dan kerendahan hati akan menjadi “cermin hidup” bagi anak-anak mereka. Dalam diri orang tua, anak menemukan gambaran tentang identitas, iman, dan bagaimana hidup dalam dunia yang penuh tantangan.
Baca Juga: Pendidikan Agama dalam Keluarga dan Peran Orang Tua
Sebaliknya, jika iman hanya menjadi aturan tanpa teladan, maka anak-anak akan kesulitan menghayati kekristenan secara nyata. Karena itu, mari sebagai orang tua kita terus bertumbuh dalam Tuhan agar anak-anak pun dapat melihat Kristus hidup dalam diri kita.
Melayani Tuhan Bersama Keluarga
Tuhan tidak hanya memanggil individu, tetapi juga keluarga. Dalam 1 Tawarikh 25:6, disebutkan bahwa para ahli musik – Asaf, Heman, dan Yedutun – tidak melayani sendirian, tapi bersama anak-anak mereka. Mereka memuji Tuhan dalam kesatuan keluarga.
Inilah gambaran yang indah: sebuah keluarga yang melayani bersama.
Keluarga bisa melayani Tuhan lewat:
- Beribadah bersama di gereja lokal.
- Mendirikan mezbah keluarga, waktu khusus untuk doa dan firman.
- Mengatur keuangan bersama, termasuk memberi untuk pelayanan Tuhan.
- Merancang masa depan bersama dalam terang firman Tuhan.
- Makan bersama secara rutin sebagai bentuk kebersamaan.
- Saling mendukung dalam menjalankan peran dan tanggung jawab masing-masing.
Melayani bukan hanya soal “kerja untuk Tuhan”, tetapi kesediaan memberikan waktu, tenaga, pikiran, dan harta dengan penuh ketulusan. Tidak ada yang terlalu kecil atau terlalu besar dan Tuhan melihat hati yang rindu berpartisipasi dalam karya-Nya.
Keluarga yang Kuat, Gereja yang Kuat
Mengapa iblis begitu gencar menyerang keluarga? Karena keluarga adalah fondasi gereja. Jika keluarga hancur, maka tubuh Kristus pun akan melemah. Tapi jika keluarga bersatu dan kuat, maka gereja akan bertumbuh dengan sehat dan kokoh.
Oleh karena itu, mari kita membangun keluarga yang solid. Suami, istri, dan anak-anak perlu saling menggandeng tangan, menjadi benteng rohani yang saling menopang dan mendukung. Jangan biarkan perbedaan atau kesibukan memisahkan, melainkan jadikan setiap momen sebagai kesempatan untuk memperkuat iman dan relasi satu sama lain.
Yesus sendiri lahir dan dibesarkan dalam sebuah keluarga. Ini bukan tanpa alasan. Tuhan sedang menunjukkan betapa berharganya keluarga dalam rencana-Nya.
Bagi setiap keluarga Kristen, pelayanan adalah panggilan bersama. Mulailah dari hal-hal kecil di rumah, dari keteladanan dan kebersamaan. Jika keluarga kita hidup dalam firman dan pelayanan, maka terang Kristus akan terpancar, bukan hanya di dalam gereja, tapi juga ke lingkungan sekitar.
Mari menjadi keluarga yang melayani Tuhan: bersama, sehati, dan setia.
Referensi :
- Majalah Kasut : Keluarga yang melayani Tuhan oleh Pdt EM. Daud Adiprsetya (September-Oktober 2015)
- Perspektif Saat Teduh Harian (Mei 2013)
Leave a Reply